Rabu, 15 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 1

  Bab 1 
 Ridwan

Pagi itu aku yang masih terlelap tidur, beberapa kali perempuan separuh baya membangunkanku untuk pergi ke sekolah, hingga setengah sadar aku menutup telinga dengan bantal karena bagiku sekolah tidak penting dihidupku.

“Ridwan,” ibu memanggilku

“Iya iya bu”

Aku langsung meraih handuk dan menuju kamar mandi yang berada di dekat kamarku, karena kamarku terletak di belakang sebelah dapur dan kamar mandi.

Rumah sedergana, yang terbuat dari kayu hasil keras aku dan abangku Aiman, itulah yang membuat aku dan ibuku merasa nyaman berada disini, walaupun hanya kami berdua yang masih bertahan disini.

Setelah aku bersiap untuk pergi ke sekolah, ibu sudah menyiapkan nasi goreng kesukaanku di meja makan, walaupun jam sudah menunjukkan jam setengah delapan tapi aku menghiraukannya, karena ini adalah hal yang biasa aku lakukan setiap harinya.

“Bu aku berangkat dulu yaa,” sambil mengambil kunci motor milik almarhum abangnya Aiman.

“Hati-hati nak”

Aku langsung mengambil helm berwarna hitam lalu menaiki motor yang sedang di panaskan langsung memposisikan motor ke jalan depan rumah dan memecut gas menuju sekolah, karena sadar akan keterlambatannya.

Seperti biasanya, karena pagar sekolah sudah di tutup rapat oleh satpam jam tujuh, aku menuju belakang sekolah untuk manjat dari tembok belakang.

Dengan lagak agak mengendap sedikit ridwan menuju kelasnya yang berada di paling ujung karena kelas yang dia duduki adalah kelas tiga E.

Masa putih abu-abuku memang agak berantakan karena jiwa yang kacau dan serba salah di mata semua orang, hanya ibuku yang mengerti dengan tingkah ku.

Sampainya di depan kelas, aku melihat ibu Aisyah yang pagi itu berada di dalam kelas, aku mencoba untuk masuk secara baik-baik.

Mngetuk pintu kelas,
“Tok tok tok, Assalamualaikum bu”
“Wa’alaikumsalam, kenapa kamu terlambat di jam pertama ridwan? “
“Maaf bu”
“Okelah, karena masih pagi ibu nggak mau berdebat sama kamu, sekarang kamu boleh duduk”
“Terimakasih ibu cantik” dengan wajah tersenyum dan sok imut.

Ibu Aisyah tidak menanggapi ridwan dengan pujian dari ridwan yang ada maunya, dia melanjutkan menulis materi bahasa inggris di papan tulis depan kelas.

Semua siswa di kelas itu pandangannya tertuju ke ridwan, dengan penampilan yang kurang rapi, badan tinggi besar berjalan menuju tempat duduknya paling belakang kiri tempatnya di sudut kelas.

Ridwan duduk dengan tenang, lalu mempersiapkan buku dan penanya bertanda telah siap menerima pelajaran dari ibu aisyah.
Ketika sedang menulis dengan apa yang ibu aisyah tulis di papantulis berwarna putih, ridwan merasa risih dengan tingkah laku aris yang berada tidak jauh dari tempat duduk ridwan sedang menjahili nafsiah.

“Hai, aris berhenti ganggu nafsiah,” Aris yang sedang mempermainkan buku nafsiah dengan menarik ulur agar di ambil oleh pemilik bukunya. “Kamu ini siapa bisa menyuruh gue”
“Aku nggak suka ya ada laki-laki gangguin perempuan seperti itu” Ridwan mulai meninggikan suaranya.

Yang tadinya berposisi duduk tenang, ridwan mulai berdiri, dan aris pun ikut berdiri mendekati ridwan lalu tidak segan-segan ridwan mendorong bahu kanan aris yang mulai mendekati langkahnya menuju ridwan.

Aris berkata,
“Loe mau apa?, emangnya udah ngerasa bener ya ngelarang-ngelarang gue, terserah gue dong mau ngapain, loe suka sama dia”
Satu tumbukan dari tangan ridwan telah sampai di pipi aris
“Puk”
“Awww,” Aris mengaduh kesakitan.

“Berhenti!!!” Ibu aisyah memberikan peringatan kepada ridwan dan aris, tanpa berfikir panjang ibu aisyah langsung berjalan menuju tempat ridwan dan aris yang sedang memegang pipi yang kesakitan bekas pukulan ridwan.

“Plakkkkk,” Tamparan dari ibu aisyah ke pipi ridwan.

“”Aduh,” ridwan mengaduh kesakitan.

“Ridwan, kamu silahkan keluar dari kelas ini sekarang!!!!”

“Tapi bu,” Dengan ekspresi wajah marah ridwan langsung meninggalkan kelas.

Dalam hati ibu aisyah merasa bersalah atas tindakannya, karena telah menampar ridwan di depan teman-teman sekelasnya. Ridwan keluar dengan hati yang penuh dendam terhadap ibu aisyah.

Terlalu banyak hal yang difikirkannya entah kenapa kaki ridwan berjalan menuju mushola setelah keluar dari kelasnya. Ridwan melepas sepatu berwarna hitamnya di pintu masuk mushola, lalu melabuhkan punggungnya di atas sajadah dan mencoba memejamkan mata sejenak melepas masalahnya yang penuh di dalam fikirannya.

“Kalau mau tidur tidurlah, tapi itu kaki jangan menghadap kiblat”

Ridwan langsung bangun dari rebahan yang baru memejamkan mata beberapa menit dan langsung menengok ke pemilik suara yang telah mengganggu istirahatnya. Ternyata suara itu berasal dari pemuda yang sedang melipat sajadah di pojok mushola.

“Sepertinya lagi banyak masalah yaa,” pemuda itu berkata lagi.

Pertanyaan itu membuat ridwan kembali teringat masalahnya yang membuatkan sakit kepala, ridwan langsung bangun dari tempat pembaringan tadi dan berjalan menuju pintu keluar mushola.

“Kamu tau nggak, tempat yang tiada masalah di dalamnya”

Ridwan langsung menghentikan langkahnya, lalu menengok ke kanan dengan separuh wajah.

“Syurga lah tempat yang tidak ada masalah di dalamnya, hanya kenikmatan yang ada” Pemuda itu berucap lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

6 Langkah Buat Kamu Yang Susah Tidur Di Malam Hari

Tidur malam adalah kebutuhan bagi badan untuk merehatkan seluruh organ tubuhnya setelah beraktivitas selama seharian penuh. Kebanyakan ...