Minggu, 26 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 12

Bab 12
Adawiyah Dua

Ridwan berteriak dari jauh,
“Orang tua….,” saking bahagianya ridwan sampai lupa kalau sekelilingnya memandang nya.

Pemuda mushola itupun terkejut, dan tidak sabar ingin mendengar hasilnya,
“Iya wan gimana”

Karena terlalu cepat menunggang motornya, ridwan agak ngos-ngosan, dia menarik dan mengeluarkan nafasnya.

“Dia….”

Pemuda itu menunggu ridwan melanjutkan jawabnya tadi, dengan mengangkat keningnya ke atas dan menggerakkan tangan serta kepalanya naik turun, dan mulutnya pun menganga.

“Dia single lah orang tua, nama dia adawiyah…,” belum selesai ridwan memberikan penjelasan pemuda itu langsung pergi maniki motornya.

Assalamualaikum

Wa’alaikumsalam, mau pesan apa ya,” kata adawiyah.

“Saya mau mengambil pesanan burger yang ridwan pesan tadi”

“oh, burger tanpa saos, mayonis lebih dan tambah keju”

“Ya benar”

Adawiyah meletakkan burgernya di meja,
“Lima belas ribu”

Ketika pemuda itu meletakkan uang dua puluh ribu di meja, adawiyah segera mengambil kembaliannya, tapi ketika adawiyah ingin memberikan kembaliannya pemuda itu sudah pergi, lalu adawiyah melihat surat yang terletak di atas meja berwarna putih.

Pemuda itu langsung pergi menunggangi motornya, dia berharap perempuan itu menerima nya, setelah memberikan surat tadi dia langsung pergi kerumah menemui ibunya untuk menceritakan wanita yang ingin dinikahinya, ridwan yang tadinya masih di taman, sahabat nya sudah menelfonnya untuk pulang kerumah.

Adawiyah merasa heran, “apa ini,” tanpa menunggu waktu lama adawiyah langsung membuka suratnya.

Assalamualaikum calon istri,

Demi Allah, tujuan diri ini menulis surat hanya karena satu hajat yaitu menjadikan saudari sebagai permaisuri hati, pelengkap iman diri ini kepada Ilahi.

Rendah diri, hati ini ingin saudari memikirkan dengan terlebih dahulu lamaran secara tak resmi ini sebelum menerima atau menolak lamaran ini. Dengan nama Allah, saudari adalah wanita pertama yang membuat diri ini tertarik dan tersenyum sendiri di kala sunyi.

Bimbang andai terlalu lama membiarkan perasaan ini berjalar tanpa kawalan di dalam hat, takut sekali tetsandung ke lembah zina yang di murkai ilahi. Karena dari itu, saya memilih jalan yang Allah ridho yaitu menjadikan saudari sebagai istri.

Tiada bukti hakiki cinta selain menikah, tiada lafadz yang lebih kuat arti cintanya melainkan ‘aku terima nikahnya.

Kalau sudi, sertakan alamat saudari pada burger yang akan dibeli oleh diri lemah ini besok. Insya Allah, diri ini akan datang kerumah saudari untuk melamar.

Ikhlas ditulis dari hati seorang lelaki ;
Pelanggan setiamu
Haikal.

Adawiyah pun langsung memberitau kepada orang tuanya, dan menerima lamaran haikal, keduanya menikah dan bahagia.

****

Anisa adalah anak seorang penerbit buku, ayahnya melihat semua tulisan yang ridwan tulis di bukunya dan menurut beliau tulisannya bisa menerbitkan sebuah buku, lalu beliau memberitau ibunya ridwan dan ridwan pun bisa menerbitkan buku best seller.

Yang tadinya ridwan hanya hidup sederhana, karena di bantu oleh tulisannya ridwan mengubah hidupnya menjadi lebih baik, yang dulunya ridwan selalu mengecewakan ibunya kini ibu rahmah bangga dengannya.

TAMAT

Tulisan ini terinspirasi dari buku syurga bukan percuma, penulis Najmi Fetih

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 11

Bab 11
Adawiyah

“Kak, udah ada yang punya belum pacar, tunangan ataupun suami gitu,” tanya ridwan langsung to the point, karena ridwan pun nggak mau berlama-lama disana.

Perempuan penjual burger pun kebingungan dengan pembeli yang yang berumur lima bekas tahunan itu, lalu di dalam hatinya bertanya tanya, “Kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal ini”.

“Belum punya, saya masih single dik,” ucap adawiyah yang masih heran.

Dalam hati ridwan “alhamdulillah,” dia pun ikut senang yang tadinya tidak ada senyum, setelah mendengar jawaban itu ridwan langsung tersenyum.

“Nama kakak siapa?,” ridwan bertanya lagi.

“Nama saya Adawiyah dek,” dengan jelas adawiyah mengucapkan namanya.

Setelah mendengar jawaban itu ridwan langsung bergegas pergi, mengambil helm hitam milik abangnya aiman, yang merupakan ulang tahunnya ketika aiman berumur 15 tahun, sebelum meninggalkan tempat itu ridwan berpesan dengan adawiyah,

“Kak, nanti burger itu pemilik nya akan datang kesini untuk mengambil pesanannya yang dia pesan, oh iya nama saya ridwan, assalamualaikum,” ridwan yang sudah berada di atas jok motor nya itu langsung meng gas motor nya beberapa kali lalu pergi dengan kelajuan yang sangat laju.

Belum sempat adawiyah menjawabnya ridwan sudah tidak ada di peredaran, yang terlihat hanya baju kokoh berwarna putih itu.

“Ada apa dengan pemuda tadi yaa,” adawiyah pun agak heran dengan tingkah pemuda tadi.

****

Ketika anisa berjalan berjalan tiba-tiba melihat buku di lapangan, anisa langsung mendekati nya dan mengambil buku tersebut, ketika membuka buku itu anisa langsung mencari nama pemilik buku itu di dalamnya dengan membuka lembaran satu persatu.

Karena anisa tidak menemukan nama dalam buku itu, dengan tidak sengaja terbaca isi dari buku tersebut, “Wow ternyata pemilik buku ini pandai juga dalam membuat kata-kata,

Andai dapat aku undurkan masa, aku memilih untuk tidak melakukannya, karena kesalahan aku yang lalu mengajarkan untuk menjadi seperti aku yang sekarang - Ridwan,” anisa terkejut setelah melihat nama pemilik kata itu.

“Hah, ridwan,” matanya agak melotot dan mulutnya agak terbuka.

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 10

Bab 10
Abang surau 4

Semakin hari semakin dekat, dan semakin taat mendekati sang pencipta karena persahabatannya, ridwan sangat bersyukur karena dipertemukan dengannya.

Ridwan menunggu sahabat nya di taman yang telah menjadi tempat tongkrongan mereka, ketika melihat beberapa kali jam tangannya itu akhirnya terdengar bunyi motor jupiter x yang biasa di pakai oleh sahabat nya itu.

“Akhirnya datang juga nih orang tua,” menggumam di bibirnya.

Assalamualaikum,” ucap abang mushola

Wa’alaikumsalam, kenapa tuh senyum senyum, macam lain aja senyum nya, baru dapet uang yaa?”

Abang surau menggerakkan kepala nya ke kanan dan ke kiri menandakan yang di maksud oleh ridwan tidak tepat.

“Terus,” ucap ridwan dengan penasaran.

“Wan…,” tiba-tiba berhenti berbicara dengan wajah tenang.

“Aku sudah ketemu,” kegembiraan yang tidak tertahankan akhirnya terluapkan dengan nada yang sangat heboh.

Ridwan melongo, melihat sahabat nya yang agak aneh itu, karena sebelumnya tidak pernah seperti itu.

“Ketemu? apa?,” tanya ridwan.

“Tulang rusuk wan,” dengan jawaban yang sangat meriah untuk di dengar.

“”Wah iya, yang mana orangnya?,” dengan penuh ke ingin tahuan.

“Boleh minta tolong nggak beliin burger di perempatan, jangan pakai saos, lebih mayonis tambah keju, udah itu aja, nanti biar saya yang mengambil burger nya, kalau bisa tanyain dulu sudah ada yang punya atau belum”

“Oke bos,” ridwan langsung ambil kunci motor nya lalu mengendarainya sampai ke tempat dimana abang mushola itu tunjukkan.

Setelah sampai dimana tempat yang menjadi tujuan ridwan datang kesana.

Assalamualaikum, saya pesan burger satu jangan pake saos, lebih mayonis dan tambah keju,” ridwan langsung memesan burger titpan abangnya itu.

Wa’alaikumsalam, oke,” ucap perempuan penjual burger itu.

Penjual burger itu berkerudung panjang, wajahnya cantik dan berseri, seperti apa yang abang surau pernah katakan, kalau orang cakep, wajahnya bersih berseri itu berarti sering mengambil wudhu, bahkan menjaga wudhu nya, selain itu suaranya yang lembut dan ramah.

Dalam hati ridwan berkata,
“Pantesan orang tua minat sama perempuan ini,” ridwan melihat perempuan itu hanya sekali aja, karena dia pun mengerti akan pandangan haram dan boleh menjadi ikhtilat

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 9

Bab 9
Abang Surau 3

“Cocok cocok kok nak, jadi teringat dengan abang mu,” ibunya paling sensitif kalau membicarakan tentang anak pertama nya itu.

Setelah ridwan bersiap untuk pergi ke masjid, ridwan langsung mengambil kunci motor nya dan keluar menaiki motor yang telah di siapkan di depan rumah.

Ketika sampai di masjid, ridwan melihat hanya ada beberapa orang yang berada di masjid, itupun adzan belum dikumandangkan karena waktu sholat subuh tiba lima menit lagi.

Siapa sih yang nggak kenal ridwan anak nakal, besar ego nya, malas sekolah apalagi sholat, bukan hanya siswa siswi seisi sekolah saja ridwan terkenal, bahkan seisi kampung pun kenal siapa ridwan.

Ketika masuk masjid, semua mata tertuju pada nya, bagaikan melihat kaktus berjalan. ‘Hidayah adalah milik Allah, dan setiap manusia berhak memiliki hidayah itu’.

“Subhanallah,” ridwan terdengar ada beberapa orang yang mengucapkan kalimat tahfid itu.

Ridwan sadar apa yang dilakukannya selama ini, dia pun menyesalinya. Tapi apa boleh buat semuanya sudah menjadi bubur, dan inilah aku yang baru sadar akan kesalahannya kemarin, walaupun belum seutuhnya berubah.

Semua manusia di dunia ini tidak pernah lepas dari perbuatan dosa, maksiat, dan kesalahan. Termasuk dari ketinggian syari'at Islam dan kemuliaan ajarannya adalah apabila seorang hamba Allah Ta'ala melakukan perbuatan dosa maka Allah Ta'ala telah menyediakan baginya jalan-jalan berupa amalan-amalan ibadah yang bisa menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan tadi.

Anas Bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya :
"Setiap anak Adam sering melakukan dosa dan sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa adalah orang-orang yang bertaubat" . HR. Ibnu Majah, no. 4251, dan dihasankan oleh Al-Albani.

Ridwan berjalan santai dan menanggapinya dengan tenang, seperti yang dikatakan oleh abang mushola sekolah itu,

“Cuma dengan adab dan budi pekerti yang tinggi, kamu bisa lembutkan besi yang sedang bersinar.”


Kata-kata dari abang itulah yang membuat ridwan semakin kuat dalam hijrahnya, tidak akan pernah lupa walaupun baru saja kenal dengannya. 



Karena Syurga Itu Tidak Mudah 8

Bab 8
Abang Mushola 2



Akhirnya ridwan mengikuti syarat yang di perintah kan kepada pemuda mushola itu, mengambil wudhu dan sholat dhuha dua rakaat.
Setelah selesai ridwan langsung berjalan menuju pemuda itu, lalu duduk di depannya, menunggu jawaban yang menggantung tadi. Pemuda itupun mengerti dengan sinyal yang ridwan berikan kepada nya.

“Karena masuk syurga itu tidaklah mudah, kapan kamu terakhir sholat, membaca al quran, puasa, dan curhat dengan Allah,” pemuda itu mengawali pembicaraannya dengan pertanyaan.

Lalu ridwan pun mulai berfikir, dia mengerutkan dahinya menandakan memikirkan kapan dia terakhir melakukannya, lalu ridwan menjawab dengan penuh kelu,

“Emmmmm… Entahlah kapan, malas mau mengingat ngingat”

“Kamu ini wan, atau kamu udah lama nggak beribadah, apa tujuan hidup menurutmu wan?”

“Emmm, yang saya ingat waktu sekolah madrasah dulu, hidup para manusia itu untuk Allah, pengertian nya di ibaratkan seperti demokrasi, di ciptakan dari Allah, hidupnya untuk beribadah kepada Allah dan bersujud hanya untuk Allah subhanallahuwa ta’ala, seperti itu kah?,” tanya ridwan kepada pemuda itu setelah menjawab pertanyaannya.

“Boleh juga, suka pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaa”

“udah itu aja jawabannya?, lumayan, hanya mengingat sedikit-sedikit,” ridwan tersenyum kecil.

“Nah gitu dong senyum, dari tadi kek ternyata kalau kamu senyum ganteng yaa,” canda pemuda itu, melihat ridwan bisa tersenyum di depannya, karena sebelumnya ridwan jarang sekali tersenyum.

“Apaan sih, terus… terus,” ridwan mengalihkan pembicaraan tadi dan ingin melanjutkan obrolah ke inti.

****

Beberapa minggu kemudian ridwan yang memiliki panggilan kepada pemuda mushola itu dengan sebutan ‘orang tua’, semakin hari semakin dekat persahabatan mereka.

Ridwan sudah mulai berubah sedikit demi sedikit lebih baik, yang tadinya selalu bangun jam setengah tujuh sekarang sebelum subuh pun dia sudah bersiap ke masjid setiap harinya.

Pagi itu, ibu rahmah terkejut dengan perubahan ridwan, dia terharu ketika ridwan memakai baju kokoh milik abangnya aiman, beliau pun berkata,

“Nak, mau kemana,”

“Ke mushola bu mau sholat berjamaah, bu cocok nggak ridwan pakai baju abang aiman?”

Tiba-tiba ibu rahmah mengeluarkan air mata terharu. 

Selasa, 21 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 7

Bab 7
Nazmi

Nazmi adalah ketua kerohanian di sekolah nya, dia dikenal sebagai siswa yang sholeh dan selalu mengumandangkan adzan di mushola sekolah setiap waktu sholat tiba.

Nazmi memanfaatkan kedudukan itu untuk mendekati anisa yang berkerudung panjang, suaranya lembut dan sholehah, bagi nazmi anisa adalah tipe cewek idalaman nya.

Suatu ketika nazmi bertemu nisa di jalan, dia pun memulai tingkahnya nya, lalu berkata,

Assalamualaikum, ukhti

Wa’alaikumsalam ya akhi, ada apa”

“Ukhti bolehkah saya berbicara sedikit denganmu”

“Iya kenapa, akhi

“Tahun sekarang kan tahun terakhir kita sekolah, setelah lulus aku ingin melamarmu dan kerumah mu”

“Apa?, Maksud kamu apa ngomong kaya gitu,” dalam hatinya berkata, seenaknya mau mempermainkan hati wanita, dia bilang ke nafisah sama persis seperti apa yang dia bilang ke aku, untung aja kemarin nafisah cerita, astagfirullah.

Anisa langsung pergi meninggalkan nazmi, dia terkejut dengan apa yang nazmi katakan, yang di fikirkan oleh nisa hanyalah belajar dan belajar untuk saat ini tidak sedikit pun untuk memikirkan ke pernikahan, karena dia sadar akan ujian terakhirnya akan tiba dalam beberapa bulan,dan nazmi adalah laki-laki yang kurang di percaya.

Kenapa nggak, dia mengatakan hal yang sama dengan sahabat ku nafisah, mudah sekali dia meremehkan hati wanita, untung saja nafisah menghiraukan ucapan si nazmi itu.

Nazmi terheran dengan tingkah nisa, tapi nazmi tidak terlalu memikirkan nya, dia menganggap banyak wanita lagi selain nisa, berkerudung panjang, sholehah dan lain-lain, kemudian nazmi berkata dalam hati,

“Kalau nggak mau juga nggak apa-apa, masih banyak kok perempuan yang mau dengan ku,” dengan ekspresi wajah sinisnya dan merasa bangga.

Nazmi adalah lelaki yang sholeh dan tampan di sekolah nya selain itu dia juga terkenal dengan adzan merdunya, sehingga semua siswa maupun siswi pasti mengenalnya, tapi bagi nazmi tidak semua siswa menjadi teman nya, dia termasuk pria pemilih, begitu juga dengan perempuan, tidak semua siswi di sekolah dia minat dan menjadi tipe nya, dia hanya mencari perempuan cantik, sholeha dan berkerudung panjang, yang menjadi target asmaranya.

Senin, 20 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 6

Bab 6
Abang Mushola 

Aiman selalu berpesan kepada ridwan untuk tidak berhenti mencari ilmu, seperti kata pepatah mengatakan, “Carilah ilmu hingga ke negri cina,” tapi ridwan merasa kurang minat dalam mencari ilmu, yang dia fikiran hanyalah uang dan uang, setiap pulang sekolah ridwan membantu paman nya di bengkel.

Karena terlalu asik bekerja, terkadang dia tidak masuk sekolah, karena mata pencahariannya melalui kerja di bengkel paman nya itu.

Siang itu, ketika jam pelajaran bahasa inggris ridwan memilih untuk tidak mengikuti kelasnya ibu aisyah, daripada merasa bosan berada di dalam kelas, mungkin dendam nya masih belum juga surut terhadap gurunya itu.

Ridwan menuju ke mushola sekolah, biasanya siswa yang pergi ke area mushola sekolah itu untuk merokok, nongkrong, bolos kelas seperti ridwan, tapi mereka melakukannya di belakang mushola supaya tidak katahuan oleh guru BP.

Tapi ridwan lebih memilih untuk masuk ke dalam mushola, langkah demi langkah ridwan masuk ke dalam, ketika ridwan melihat sekeliling di dalam mushola ridwan melihat pemuda yang waktu itu menegurnya.

Wajahnya bercahaya, berjenggot tipis dan selalu memakai kopyah. Tiba-tiba ridwan merasa penasaran dengan sosok pemuda itu.

Seperti biasanya pemuda itu merapihkan sajadah dan al quran di lemari kayu, ketika ridwan masuk dengan menyelonong tanpa memberi salam, mungkin karena terpana dengan pemuda itu, ridwan pun sempat melihatnya sampai kedua bola matanya tidak berkedip, and then pemuda itu menyapa ridwan.

Wa’alaikumsalam

Dengan rasa malu, ridwan menggaruk rambut yang tidak gatal lalu berkata,
“Maaf bang, Assalamualaikum

“Nah kan bagus kalau seperti itu, masuk ke rumah Allah juga ada aturan nya mas”

“Iya bang maaf,” dengan nada lirih.

“Kamu tau nggak gimana caranya masuk syurga dengan mudah dan tanpa merasakan beban hidup,” ujar pemuda surau itu.

“Apa itu bang,” dengan ekspresi penasaran, yang tadinya berdiri ridwan langsung duduk disebelahnya dan membetulkan duduk nya lalu matanya seakan menunggu jawaban dari abang mushola itu hingga ridwan mengerutkan dahinya.

“Kalau mau tau, yuk ikutin saya”

“Kemana kang,”ridwan masih penasaran.


“Ambil wudhu lalu sholat dhuha, nanti saya jelaskan.”

Minggu, 19 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 5

Bab 5
Aris

Jam istirahat telah tiba, ridwan berjalan menuju kantin tiba-tiba ada suara dari belakang,

“Hei kau”

Langkah ridwan langsung berhenti untuk mengetahui dari pemilik suara itu.

“Dushhh”

Pukulan dari seseorang yang berada di belakangnya tadi.

“Awww, apa ini, maksud kamu apa,” ridwan mengaduh kesakitan dan bertanya-tanya dengan pukulan yang diberikan oleh aris.

“Inilah balasan untuk orang yang suka ikut campur urusan orang, hahahaha,” aris kegirangan karena demdamnya terbalaskan juga.

“Weh, banci kau itu harusnya main sama perempuan, berani nyerang dari belakang aja udah bangga, udah gitu aja,” jawab ridwan dengan puas, dalam hati berkata, “Nggak penting banget kalau harus ngadepin nih bocah”

Ridwan langsung melanjutkan langkahnya menuju kantin, karena keberadaanya telah ditunggu oleh teman-temannya disana.

Jawaban ridwan membuat aris marah dan menarik bahu kanan ridwan hingga badan aris memutar kedepan.

“Weh loe kalau ngomong bisa di jaga dikit nggak, ngomongnya asal ceplos aja kayak petasan”

“Terus kamu maunya aku ngmong apa? Sayang kalau mukul kerasan dikit ya biar kayak laki-laki jentel, gitu?,” dengan senyuman separuh lewat bibir kanannya.

“Loe hina gue,” bertambah lah dendam aris kepada ridwan, aris langsung memberikan isyarat kepada temannya menggunakan tangan yang berbunyi seperti peluit.

Datangalah teman-temannya aris dua orang, lalu menyeret ridwan menuju belakang sekolah agar tidak terlihat oleh siswa lainnya.

“Bukkk bukkk bukkk,” pukulan dari aris dan kedua temannya itu.

Aris yang memiliki badan yang agak besar dan tinggi itu berusaha untuk melawan, tapi ternyata usahanya itu gagal, tiba-tiba ada salah satu temannya ridwan melihat temannya di keroyok oleh geng aris dan kawan-kawannya.

Ishaq langsung memanggil, iqbal dan sidiq di kantin untuk membantu ridwan melawan geng aris, ketika mereka datang aris dan kawan-kawannya langsung pergi begitu saja, mungkin dia tidak mau memperpanjang masalahnya itu.

Ishaq, sidiq dan iqbal langsung membantu ridwan yang mulai lemah untuk bangun dari duduknya.

“Apakah kamu oke”, Ishaq yang khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, memandang ridwan yang sedang kesakitan itu.

“Kita bawa ridwan ke ruang UKS dulu,” ucap iqbal

Sidiq dan iqbal langsung menopang ridwan menuju UKS, lalu mengambil obat merah serta perban dan juga plaster yang tersedia di ruang UKS itu.

Ridwan dibaringkan di atas ranjang lalu ketiga temannya membagi kerja, sidiq bagian kepala nya, iqbal bagian tangannya dan Ishaq bagian kakinya.

“Thanks geng, sudah merepotkan kalian,” ucap ridwan

“Sudah kamu istirahat aja jangan banyak bicara dulu, lihat pipi kamu lebam,” ucap sidiq

“Iya betul tuh wan, mending kamu istirahat aja,” ucap iqbal

Ishaq yang tidak terima atas apa yang dilakukan oleh aris, dan melihat ridwan kesakitan, langsung keluar ruang UKS untuk mencari aris yang telah membuat sahabatnya babak belur.

Kedua temannya pun mengikuti ishaq, yang wajahnya terlihat marah itu, sebelum iqbal dan sidiq pergi, iqbal memberi pesan kepada ridwan, “Wan, kamu istirahat saja dulu, biar kami yang menyelesaikannya,” kedua temannya itu langsung hilang dari pandangan ridwan.




Sebenarnya ridwan tidak menginginkan hal ini berlanjut, biar dia saja yang merasakannya, kalau bisa ridwan ingin dia saja yang menyelesaikannya, tapi teman-temannya sudah beranjak pergi sebelum ridwan berkata sepatah pun.

Ridwan kini masih belum bisa untuk bangun, mungkin badannya kaget atas beberapa pukulan yang diterima nya tadi, tiba-tiba ada suara orang yang masuk ke dalam ruangan UKS.

“Kamu kenapa wan?,” Pertanyaan dari perempuan yang lembut dan sholehah yang bernama anisa.

“Oh, kamu nis aku kira siapa, nggak apa-apa kok, biasa laki-laki”

“Iya wan, aku nyari buku ibu laila, katanya ketinggalan di sini”

“Oh, kirain sakit jadi datang kesini”

“Nggak wan, nah ini dia bukunya, udah dulu ya pamit keluar, syafakallah wan”

“Yap, terimakasih nis”

Ternyata perbincangan nisa dengan ridwan terlihat oleh nazmi dari luar ruang UKS, seksi agama di sekolahan yang terlihat sholeh dan mengagumi nisa.

****
“Hei aris, kau berani-beraninya main keroyokan dengan ridwan, maksud kamu apa, kalau berani lawan kami satu-satu, jangan keroyokan kaya banci,” iqbal menantang aris serta mewakilkan pembicaraan teman-temannya.

“Kawan kalian aja yang nantangin gue, sok sokan berani, akhirnya babak belur kan,” ucap aris

Kedua teman aris itu tertawa terbahak-bahak,
“Hahhahahaha”

“Puas ketawanya, udah puas belum,” dengan nada yang agak tinggi oleh sidiq

Lalu kedua kelompok itu saling memukuli, teman-temannya ridwan memukul dengan kesal karena dendam nya terhadap geng aris yang telah mengkroyok ridwan.

Tiba-tiba pak taufiq guru BP itu datang melihat pertengkaran dua geng itu,
“Berhenti!!!”

Semuanya menghentikan pukulannya lalu terdiam dan menunduk kan kepala nya,
“Semuanya ikut bapak ke lapangan sekarang!!!”

Semua berjalan menuju lapangan dan mengikuti di belakang pak taufiq.

Sampainya di lapangan geng aris dan geng ishaq berbaris berjajar satu shof menghadap bendera.

“Bapak hukum kalian berdiri disini sambil hormat sampai balik, kalian ini sudah besar, masih aja berantem nggak jelas seperti ini, kayak anak TK, nanti besok kalian semua bapak skors satu hari”

“Yaaah, bapak,” jawab aris

“Kenapa aris, kurang hukumannya”

“Eeeenggak pak, ampun”

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 4

Bab 4
Maafkan Ibu

Ketika ridwan sedang menunggang motornya saat balik sekolah, melihat ada mobil yang berhenti, yang terlihat tidak asing baginya.

Ridwan langsung berhenti di perhentian mobil itu, lalu mengetuk kaca pintu kanan pada mobil yang berhenti, pemilik mobil itu adalah ibu aisyah gurunya ridwan.

“Bu, ada yang bisa saya bantu,” ucap ridwan kepada gurunya itu.

Ibu aisyah langsung membuka kaca pintunya, lalu berkata,
“Mobil ibu tiba-tiba tidak bisa di starter wan”

“Biar saya cek dulu ya bu,” ridwan memiliki pengalaman masalah otomotif seadanya, tapi apa salahnya membantu orang yang sedang kesusahan.

“Bu, coba starter mobilnya,” ternyata ada salah satu kabel yang terputus sehingga mobil mogok.
“Alhamdulillah, udah bisa wan,” ibu aisyah yang tadinya wajahnya mengerutkan kan dahi karena khawatir tidak bisa di perbaiki mobilnya, bertukar menjadi tersenyum bahagia. Ibu aisyah langsung keluar dari mobilnya itu lalu mengucapkan terimakasih kepada muridnya itu.

“Terimakasih ya ridwan,” dengan penuh senyuman.

Ridwan yang kala itu masih kesal dengan perbuatan ibu aisyah, dia hanya tersenyum kecut lalu menjawab pun hanya sekedarnya,
“Sama-sama,” ridwan langsung menuju motornya terus tancap gas, pergi dari peredaran menuju rumahnya.

Dalam hati ibu aisyah berkata-kata,
“Apakah ridwan masih belum bisa memaafkanku, sudah berbagai cara aku mencoba untuk meminta maaf dengannya, tapi dia sama sekali tidak memperdulikan permintaan maafku,” yang tadinya sudah merasa senang karena mobilnya telah hidup kembali, tiba-tiba wajahnya kembali muram memikirkan anak muridnya itu.

Tidak lama setelah ridwan pergi, ibu aisyah langsung masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi untuk balik ke rumahnya.

Ketika sampai dirumah ibu aisyah bertanya-tanya dalam diri sendiri,
“Apakah tindakan ku terlalu kejam terhadapnya, sehingga dia tidak bisa memaafkanku? Bagaimana ridwan, ibu sungguh menyesali dengan tindakan saat itu”

Ibu aisyah merasa sedih, karena setiap bertemu dengan ridwan, dia selalu memalingkan wajahnya lalu pergi, entah harus memakai cara apa supaya bisa lulus hatinya untuk memaafkannya.

Pernah ibu aisyah menyuruh teman baiknya sidiq, untuk memberikan surat kepada ridwan, tapi itu hanya sia-sia, ketika ibu aisyah melihat ekspresi ridwan dari jauh, ridwan tidak mau membuka surat itu sedikit pun.

Keesokannya ibu aisyah ketika selesai mengajar, mencoba meminta maaf kembali kepada ridwan dengan pergi kerumahnya lagi,
Ketika sudah sampai di depan rumahnya ibu aisyah megetuk pintu rumahnya yang berwarna kecoklatan itu, biasanya ibu aisyah membawa nafsiah tapi kali ini dia pergi seorang diri.

“Assalamualaikum,” ibu aisyah mengetuk pintunya hingga berkali-kali sampai ada seseorang yang membuka pintunya.

“Wa’alaikumsalam,” tiba-tiba ada suara perempuan separuh baya dari dalam rumah ridwan, lalu dibuka lah pintunya.

Inilah yang ditunggu-tunggu oleh ibu aisyah, ternyata ibu rahmah yang telah membukakan pintu rumahnya, sebelum ibu aisyah membuka percakapan, ibu rahmah menyuruhnya untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

“Silahkan duduk dulu bu,” ucap ibu rahmah.

“Iya bu,” ibu aisyah yang telah dipersilahkan duduk, dia masuk ke dalam dan duduk di kursi yang telah disediakan.

Ibu rahmah langsung menuju dapur untuk mempersiapkan air minum untuk tamunya itu, ketika ibu rahmah pergi ke dapur, ibu aisyah sepertinya mendengar percakapan dua orang, suaranya tidak asing baginya, ibu aisyah pun menerka-nerka dalam hati,

“Itu terdengar seperti suara ridwan berbicara dengan ibunya”

Tiba-tiba datanglah ibu rahmah sambil membawakan air minum dan meletakannya di atas meja dan menyuguhkannya ke ibu aisyah,
“Mari di minum bu,” ucapnya.

“Iya bu, terimakasih, bu boleh tanya ridwan nya ada,” Ibu aisyah langsung membuka pembicaraannya itu.

“Ada bu”

“Boleh nggak ya saya bertemu dengan ridwan”

“Memangnya ada apa bu, tadi ridwan berkata kepada saya, dia tidak mau bertemu dengan ibu”

“Bu, saya datang kesini atas niatan baik, saya ingin meminta maaf kepada ridwan, pagi itu saya memiliki mood yang tidak baik, terus melihat ridwan masuk terlambat dalam kelas saya, oke saya menyuruhnya untuk masuk dan mengikuti pelajaran dengan teman-teman lainnya, tidak lama kemudian saya mendengar keributan dari belakang, ternyata ridwan dan temannya aris sedang cekcok, hingga ridwan memukul temannya itu, saya langsung menghampirinya, karena saya marah dengan ridwan yang tadi terlambat lalu membuat ulah di dalam kelas, saya langsung menampar nya di tempat”

Ibu rahmah mengerutkan dahinya yang masih mendengarkan ibu aisyah bercerita, dengan tidak sadar ibu aisyah bercerita hingga mengeluarkan air mata dengan sendirinya.

Sambil mengusap air mata itu ibu aisyah terus melanjutkan cerita pada pagi itu,
“Lalu saya menyuruh ridwan untuk keluar kelas, setelah mendengar cerita dari nafisah saya baru sadar, yang pagi itu aris menjahili nafisah hingga kesal, dan ridwan merasa risih dengan tindakan aris yang semena-mena dengan nafisah, hingga ridwan memukul aris”

“Saya benar-benar menyesal atas tindakan saya bu, saya telah mencoba meminta maaf terhadap ridwan tapi dia tidak pernah menanggapi permintaan maaf dari saya sampai sekarang”

Ibu rahmah mencoba menenangkan gurunya itu, “Bu, ridwan anaknya memang keras kepala, mungkin butuh waktu untuk melupakan kejadian pagi itu, sabar ya bu, nanti saya bicarakan lagi dengan ridwan mengenai permintaan maaf ibu ini”

Ibu aisyah merasa dirinya agak lega dengan jawaban dari ibu rahmah, tidak lama kemudian ibu aisyah bangun dari tempat duduk nya lalu beranjak untuk pulang.
“Terimakasih ya bu rahmah”

Sabtu, 18 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 3

Bab 3
Aiman

Pagi itu, aku dengan aiman, abangku. Mencari kayu untuk memperbaiki rumah kami yang lumayan tua, abangku sangat ahli di bidang ini, untuk masalah renovasi rumah, dia lah yang selalu memperbaikinya.

Kami memulai dari ba’da subuh. Ketika matahari sudah memunculkan bulatnya hingga berada di atas kepala, kami beristirahat sejenak untuk sholat dhzuhur dan makan siang yang telah disediakan oleh ibu.

“Bro, suatu saat nanti aku akan ingat rumah hasil jerih payah yang kita buat ini,” kata aiman

“Pasti Bro, kita akan bertahan disini sampai kita tua nanti kan,” ridwan tersenyum sambil memandang aiman

“Kita harus jaga persaudaraan kita sampai kapanpun oke, ana ukhibuka fillah ridwan,” nada suaranya tiba-tiba terdengar perlahan,

“Of course, abang kesayanganku,”

“Ridwan, kalau suatu hari nanti aku nggak berada disini, jaga ibu baik-baik ya sampai kapanpun, aku titip ibu jagalah dia untukku,”

Tiba-tiba ridwan merasa tersedu dengan yang diucapkan oleh abangnya, lalu berkata
“Abang nggak nyuruh pun aku pasti jaga ibu sebisa semampuku”

Aiman mengeluarkan cincin dan memberikannya kepada ridwan, lalu berkata, “Wan aku mau cincin ini menjadi saksi persaudaraan kita till jannah, jaga cincin ini yaa walaupun kita berpisah, suatu saat nanti”

Ridwan terpana dengan tindakan aiman yang tiba-tiba jadi so sweet itu. Yang tadinya hanya berdiri kaku, ridwan mengambil cincin yang abangnya berikan itu lalu memeluk abangnya, tanpa terasa air mata jatuh di atas pipi.

“Terimakasih abang, adek yang ganteng nih pasti jaga cincin ini, maaf kan aku yang sering melawan kata-katamu,” ridwan berkata menyadari yang sebelumnya selalu membantah perintah abangnya itu.

Tiba-tiba ibunya datang melihat kakak dan adik yang berpelukan itu lalu berkata,”sudah-sudahlah tuh, adzan sudah berkumandang, sholat lah dulu lalu makanlah masakan mak”

Aiman dan ridwan itu langsung mengusap air matanya yang tertinggal di pipi lalu semua pergi menuju mushola dekat rumah untuk mengambil wudhu dan sholat.

Sebelumnya aiman menjawab mak nya yang tiba-tiba datang itu, “oke ibu sayang,” beserta senyuman manis nya yang tidak pernah tertinggal.

Aiman adalah anak yang sholeh, baik, sopan, tidak pernah melawan orang tuanya, walaupun ayahnya suka bertindak semena-mena dengan ibunya dia masih bisa bersikap baik dengan ayahnya itu, selain itu aiman adalah anak yang pintar, dia selalu mendapatkan rangking satu di sekolahnya.

Ibu rahmah sangat sayang kepada kedua anaknya, apalagi dengan aiman, yang telah menjadi tauladan kepada adiknya ridwan yang memiliki sifat mudah marah, mudah baik itu,terkadang keras, terkadang lagi bersikap lembut.

Setelah selesai sholat aiman dan ridwan balik kerumah untuk makan yang telah disiapkan oleh ibunya itu, ketika masuk kerumah kakak adik itu memberi salam,
“Assalamualaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Aiman dan ridwan mencium tangan ibunya, lalu masuk ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaiannya.

“Ibu makan spesial hari ini, masak kesukaan aiman sambal goreng tempe, dan kesukaan ridwan tumis kangkung, biar kerjanya lebih semangat lagi nanti habiskan ya masakan mak ini,” dengan wajah gembira karena melihat kedua anaknya tersenyum ketika berada di meja makan”

“Oke ibu sayang, ridwan sayang ibu”

“Tunggu wan, terimakasih kasih lah dulu dengan ibu, baru boleh makan,” aiman dengan wajah serius, padahal dalam hatinya ketawa Karena telah memperhatikan suapan tangan ke mulutnya, lalu tiba-tiba terlepas lah ketawa kecil dalam mulutnya”

“Iya iya bang, terimakasih ibu ridwan sayang ibu, udah puas,” ridwan yang agak kesal dengan tingkah abangnya itu.

“Sudah-sudah, sebelum makan baca do'a dulu, ridwan yang pimpin doanya,” ibunya berkata.

Dengan pasrah, ridwan memimpin do'a sebelum makan di siang itu,
“Bismillahirrahmaanirrahim, allahumma bariklana fii ma rozaktana wakinaa adzabannar, aamiin,” ridwan langsung melahap laju makanan yang telah sedia di depannya itu, karena perutnya yang telah berbunyi meminta makan.

****

Keesokan harinya saat subuh berkumandang, aiman membangunkan adiknya yang susah untuk dibangunkan setiap subuh,
“Ridwan bangun lah, nanti kita terlambat untuk sholat berjamaah di mushola”

“Yaudah, abang pergi dulu nanti aku nyusul,” matanya masih terpejam, dan mengikuti Hawa nafsu untuk melanjutkan mimpinya itu,hanya mulut saja yang berbicara dengan abangnya, lalu merubah posisi tidur yang tadinya menghadap kanan, merubah ke arah kiri”

Abangnya yang tidak suka dengan jawaban adiknya itu, yang sekedar memberikan harapan palsu, dengan geram abangnya menarik kaki abangnya itu sampai turun ke bawah, itulah cara satu-satunya untuk membangunkan adik kesayangannya itu.

Setelah ridwan bangun dari tidurnya, abangnya mendorong adiknya itu untuk pergi ke kamar mandi, agar mengambil wudhu sebelum sholat.

Karena terlambat untuk berjamaah di mushola, aiman, ibunya dan ridwan sholat berjamaah di rumah, aiman lah yang memimpin sholat subuh.
Setelah selesai sholat dan berdoa aiman dan ridwan mencium tangan ibunya. Keadaan hening tiba-tiba ridwan berkata dengan ibunya,

“Bu, ridwan mau kerja ke jakarta ikut teman-teman, katanya gajinya lumayan bu”

“Ridwan, sekolah aja dulu yang bener, uang itu bukan segalanya, nggak selamanya uang nomer satu, kalau banyak uang tapi nggak ada ilmu, itu buat apa wan, uangnya bakal hilang dan mengalir nggak jelas”.





Kamis, 16 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 2

Bab 2
Ibu Aisyah

Selepas ridwan keluar kelas, dalam hati ibu aisyah merasa bersalah dan terus teringat atas kejadian yang telah dia lakukan kepada ridwan.

Ketika jam sudah mendekati waktu pulang di sekolah menengah atas negri tempat dimana ibu aisyah mengajar, beliau mencari informasi alamat rumah ridwan.

Ibu aisyah berumur dua puluh tiga tahun, lulusan S1 bidang sastra inggris itu mengajak nafsiah, teman satu kelas ridwan untuk menemui ridwan dirumahnya meminta maaf secara pribadi, karena telah menyesali tindakan saat di kelas tadi pagi.

Setelah bel berbunyi menandakan jam belajar selesai, ibu aisyah langsung menuju tempat parkir dan masuk ke mobilnya bersama nafsiah untuk pergi kerumah ridwan.

Setiap harinya ridwan tidak pernah lewat untuk pulang kerumah, karena dia sadar ibunya berada dirumah sendirian. Setelah bel berbunyi ridwan langsung mengambil motornya untuk cepat-cepat sampai rumah. Ridwan sangat sayang dengan ibunya, kalau ada yang berani mengganggu beliau, ridwan tidak segan-segan untuk melawannya, siapapun.

Assalamualaikum, bu aku pulang”
Wa’alaikumsalam,” suara yang berasal dari dalam kamar.

Ridwan langsung menuju kamarnya untuk meletakan tas dan mengganti bajunya. Setelah itu ridwan langsung menuju dapur untuk masak. Ridwan tidak mengizinkan ibunya memasak di waktu siang maupun malam, hanya pagi saja ibunya boleh memasakkan untuknya, jadi setiap hari ketika pulang sekolah ridwan selalu masak untuk ibunya dan dirinya.

Hari ini ibu rahmah tidak begitu sehat, jadi beliau lebih sering berada di kamarnya untuk istirahat. Ridwan memasak kesukaan ibunya yaitu tumis kangkung, tempe dan sambal terasi, walaupun ridwan laki-laki tapi dia suka belajar memasak, bahkan sudah terbiasa dengan bumbu dapur.

Setelah selesai memasak, ridwan memanggil ibunya di kamarnya untuk makan bersama di meja makan yang telah disiapkan olehnya. Ridwan sangat menghormati ibunya, melayani beliau bagaikan ratu, menuntunnya hingga ke kursi yang berada di meja makan.

Seperti biasa, ridwan memimpin doa sebelum makan, ketika selesai berdoa ada suara ketukan pintu depan
“tok tok tok, Assalamualaikum,” suara perempuan, dalam hati ridwan “tidak pernah ada yang bertamu kerumah sebelumnya, siapa ya”

Ridwan berdiri dari duduknya, tapi ibu rahmah menahan geraknya, “Udah biar ibu saja yang membuka pintunya”

“Iya, Wa’alaikumsalam,” jawab ibu rahmah, lalu membukakan pintunya.
“Apakah benar ini rumahnya ridwan?,” ibu aisyah berkata.
“Iya, benar ini rumahnya ridwan, mari silahkan duduk,” ibu rahmah mempersilahkan tamunya untuk duduk di kursi plastik yang berada di ruang tamunya.
“Saya guru ridwan, Aisyah dan ini temannya ridwan nafisah,” sambil berjabatan tangan
“Ada apa ya bu, apakah ada yang salah dengan anak saya,”
“Tidak bu, saya ingin bicara dengan ridwan”
Ibu rahmah teringat yang tadi sedang menikmati makanan anak kesayangannya itu, mempersilahkan ibu aisyah dan nafisah untuk makan bersama di meja makan.

Ketika menuju meja makan dan duduk bersama ibu aisyah memulai pembicaraan,
“Ridwan, ibu ingin meminta maaf atas kelakuan ibu tadi pagi”
Ridwan hanya tersenyum tidak ikhlas, yang masih terasa sakit oleh tamparan di depan kelasnya dan membuat pipi sebelah bibirnya agak lebam.

“Sudah-sudah bicarakan nanti, kita makan dulu masakan anak kesayangan ibu ini,” ibu rahmah mencoba menghidupkan suasana, walaupun ridwan hanya menunduk menatap nasi yang telah disantapnya separuh. Ibu aisyah dan nafsiah pun ikut menyantap makanan yang telah disiapkan di depan pandangannya dengan malu-malu dan ridwan serta ibunya melanjutkan makannya yang sebentar terhenti.

Ibu aisyah tidak menyangka, ternyata berbeda sekali sikap di sekolah dengan dirumahnya, disekolah terlihat pemarah sedangkan dirumah dia terlihat sejuk dipandang.

Ketika sedang makan bersama tiba-tiba ada suara buka pintu dengan suara yang agak keras, memaksa agar pintu terbuka. Ternyata burhan, ayahnya ridwan. Dia langsung menuju ke kamar ibu rahmah untuk mencari barang berharga di dalamnya.

Ibu rahmah langsung pergi kemana suaminya melangkah,

“Apa yang kamu mau, aku sudah tidak memiliki apa-apa,”

Sambil memberhentikan langkahnya agar tidak menuju tempat barang berharga miliknya. Dengan keadaan mabuk ayahnya ridwan antara sadar dengan tidak sadar memukul istrinya hingga jatuh, rasukan setan akibat minuman keras telah menguasai dirinya, setiap kalah berjudi pak burhan selalu pulang mencari barang yang bisa di jadikan uang.

Ibu aisyah dan nafsiah terkejut dengan keadaan keluarga ridwan, mereka berdua hanya bisa terdiam melihat kejadian tersebut. Ridwan yang memperhatikan tingkah ayahnya memukul ibu rahmah, tidak segan-segan ridwan membalas pukulan ayahnya yang telah di berikan kepada ibunya.

“Dush,” ridwan memukul ayahnya dari belakang

Ayahnya pun membalas pukulan anak satu-satunya, ayah dan anak saling memukul, ibunya hanya menangis melihat anak dan suaminya bertengkar.

Ibu aisyah yang tadinya hanya berdiri terdiam, dia pergi mengamankan ibu rahmah yang berada di sekitar perkelahian ridwan.

“Pukul lah terus pukul, ayah mau kan kalau aku mati seperti aiman yang meninggal sebab kau memukul nya”

Tiba-tiba ridwan teringat kepada almarhum abangnya, hatinya semakin ingin memberontak hingga tangannya semakin kuat memukul ayahnya itu hingga tidak tersadarkan diri. 

6 Langkah Buat Kamu Yang Susah Tidur Di Malam Hari

Tidur malam adalah kebutuhan bagi badan untuk merehatkan seluruh organ tubuhnya setelah beraktivitas selama seharian penuh. Kebanyakan ...