Kamis, 16 November 2017

Karena Syurga Itu Tidak Mudah 2

Bab 2
Ibu Aisyah

Selepas ridwan keluar kelas, dalam hati ibu aisyah merasa bersalah dan terus teringat atas kejadian yang telah dia lakukan kepada ridwan.

Ketika jam sudah mendekati waktu pulang di sekolah menengah atas negri tempat dimana ibu aisyah mengajar, beliau mencari informasi alamat rumah ridwan.

Ibu aisyah berumur dua puluh tiga tahun, lulusan S1 bidang sastra inggris itu mengajak nafsiah, teman satu kelas ridwan untuk menemui ridwan dirumahnya meminta maaf secara pribadi, karena telah menyesali tindakan saat di kelas tadi pagi.

Setelah bel berbunyi menandakan jam belajar selesai, ibu aisyah langsung menuju tempat parkir dan masuk ke mobilnya bersama nafsiah untuk pergi kerumah ridwan.

Setiap harinya ridwan tidak pernah lewat untuk pulang kerumah, karena dia sadar ibunya berada dirumah sendirian. Setelah bel berbunyi ridwan langsung mengambil motornya untuk cepat-cepat sampai rumah. Ridwan sangat sayang dengan ibunya, kalau ada yang berani mengganggu beliau, ridwan tidak segan-segan untuk melawannya, siapapun.

Assalamualaikum, bu aku pulang”
Wa’alaikumsalam,” suara yang berasal dari dalam kamar.

Ridwan langsung menuju kamarnya untuk meletakan tas dan mengganti bajunya. Setelah itu ridwan langsung menuju dapur untuk masak. Ridwan tidak mengizinkan ibunya memasak di waktu siang maupun malam, hanya pagi saja ibunya boleh memasakkan untuknya, jadi setiap hari ketika pulang sekolah ridwan selalu masak untuk ibunya dan dirinya.

Hari ini ibu rahmah tidak begitu sehat, jadi beliau lebih sering berada di kamarnya untuk istirahat. Ridwan memasak kesukaan ibunya yaitu tumis kangkung, tempe dan sambal terasi, walaupun ridwan laki-laki tapi dia suka belajar memasak, bahkan sudah terbiasa dengan bumbu dapur.

Setelah selesai memasak, ridwan memanggil ibunya di kamarnya untuk makan bersama di meja makan yang telah disiapkan olehnya. Ridwan sangat menghormati ibunya, melayani beliau bagaikan ratu, menuntunnya hingga ke kursi yang berada di meja makan.

Seperti biasa, ridwan memimpin doa sebelum makan, ketika selesai berdoa ada suara ketukan pintu depan
“tok tok tok, Assalamualaikum,” suara perempuan, dalam hati ridwan “tidak pernah ada yang bertamu kerumah sebelumnya, siapa ya”

Ridwan berdiri dari duduknya, tapi ibu rahmah menahan geraknya, “Udah biar ibu saja yang membuka pintunya”

“Iya, Wa’alaikumsalam,” jawab ibu rahmah, lalu membukakan pintunya.
“Apakah benar ini rumahnya ridwan?,” ibu aisyah berkata.
“Iya, benar ini rumahnya ridwan, mari silahkan duduk,” ibu rahmah mempersilahkan tamunya untuk duduk di kursi plastik yang berada di ruang tamunya.
“Saya guru ridwan, Aisyah dan ini temannya ridwan nafisah,” sambil berjabatan tangan
“Ada apa ya bu, apakah ada yang salah dengan anak saya,”
“Tidak bu, saya ingin bicara dengan ridwan”
Ibu rahmah teringat yang tadi sedang menikmati makanan anak kesayangannya itu, mempersilahkan ibu aisyah dan nafisah untuk makan bersama di meja makan.

Ketika menuju meja makan dan duduk bersama ibu aisyah memulai pembicaraan,
“Ridwan, ibu ingin meminta maaf atas kelakuan ibu tadi pagi”
Ridwan hanya tersenyum tidak ikhlas, yang masih terasa sakit oleh tamparan di depan kelasnya dan membuat pipi sebelah bibirnya agak lebam.

“Sudah-sudah bicarakan nanti, kita makan dulu masakan anak kesayangan ibu ini,” ibu rahmah mencoba menghidupkan suasana, walaupun ridwan hanya menunduk menatap nasi yang telah disantapnya separuh. Ibu aisyah dan nafsiah pun ikut menyantap makanan yang telah disiapkan di depan pandangannya dengan malu-malu dan ridwan serta ibunya melanjutkan makannya yang sebentar terhenti.

Ibu aisyah tidak menyangka, ternyata berbeda sekali sikap di sekolah dengan dirumahnya, disekolah terlihat pemarah sedangkan dirumah dia terlihat sejuk dipandang.

Ketika sedang makan bersama tiba-tiba ada suara buka pintu dengan suara yang agak keras, memaksa agar pintu terbuka. Ternyata burhan, ayahnya ridwan. Dia langsung menuju ke kamar ibu rahmah untuk mencari barang berharga di dalamnya.

Ibu rahmah langsung pergi kemana suaminya melangkah,

“Apa yang kamu mau, aku sudah tidak memiliki apa-apa,”

Sambil memberhentikan langkahnya agar tidak menuju tempat barang berharga miliknya. Dengan keadaan mabuk ayahnya ridwan antara sadar dengan tidak sadar memukul istrinya hingga jatuh, rasukan setan akibat minuman keras telah menguasai dirinya, setiap kalah berjudi pak burhan selalu pulang mencari barang yang bisa di jadikan uang.

Ibu aisyah dan nafsiah terkejut dengan keadaan keluarga ridwan, mereka berdua hanya bisa terdiam melihat kejadian tersebut. Ridwan yang memperhatikan tingkah ayahnya memukul ibu rahmah, tidak segan-segan ridwan membalas pukulan ayahnya yang telah di berikan kepada ibunya.

“Dush,” ridwan memukul ayahnya dari belakang

Ayahnya pun membalas pukulan anak satu-satunya, ayah dan anak saling memukul, ibunya hanya menangis melihat anak dan suaminya bertengkar.

Ibu aisyah yang tadinya hanya berdiri terdiam, dia pergi mengamankan ibu rahmah yang berada di sekitar perkelahian ridwan.

“Pukul lah terus pukul, ayah mau kan kalau aku mati seperti aiman yang meninggal sebab kau memukul nya”

Tiba-tiba ridwan teringat kepada almarhum abangnya, hatinya semakin ingin memberontak hingga tangannya semakin kuat memukul ayahnya itu hingga tidak tersadarkan diri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

6 Langkah Buat Kamu Yang Susah Tidur Di Malam Hari

Tidur malam adalah kebutuhan bagi badan untuk merehatkan seluruh organ tubuhnya setelah beraktivitas selama seharian penuh. Kebanyakan ...