Kamis, 05 Oktober 2017

Ibu ku Syurga ku

Mamah
Di tahun dua ribu tujuh, saat aku duduk di bangku SMP kelas satu, baru selesai menghadapi masa orientasi siswa, saat itu kami tinggal dirumah hanya ber empat, yaitu bapak, mamah, adik, dan aku, kedua kakak ku tinggal di pesantren yang lumayan jauh jaraknya dari rumah.

"Ayuuuuu", panggilan terakhir setelah mamah memanggilku berkali-kali, suara yang menjengkelkan ketika sedang menikmati mimpi yang hampir selesai.
"Iyaa mah," jawabku yang agak kesal
"Ayu, kamu mau bangun jam berapa?, sekarang nih jam udah menunjukkan setengah enam, mamah udah bangunin kamu dari subuh lagi tapi nggak bangun-bangun juga"
"Iyaa...iyaa mah maaf" (mamah mengajar kan ku untuk membiasa kan mengucapkan kata maaf)
"Kamu itu yaa, jam berapa kamu mau sholat subuh ayuu"
"Iyaa mah," jawabku lagi sambil meraih handuk lalu menuju kamar mandi, sedangkan mamah masih belum habis mengomel. Walaupun beliau sakit separuh badan lumpuh, tapi beliau masih terlihat sehat dan kuat.

Setelah bersiap untuk berangkat ke sekolah, aku melihat jarum jam menunjukkan jam setengah tujuh,
"Waduuuh, habislah....habislah..."
''Kenapa ayu?, apa yang habis"
"Telat mah, hari ini ada upacara" (dengan ekspresi kesal)
"Naah, kenapa baru kepikiran sekarang, tadi pas tidur nggak kepikiran yaa kalau hari ini senin bukan minggu"
"Iyalah, kali ini aku yang salah, nggak biasanya kok seperti ini, biasanya kan kalau denger adzan juga langsung bangun," berkata dalam hati

Tanpa berfikir panjang aku meraih sepeda kesayanganku berwarna pink dan izin pamit kepada mamah untuk pergi ke sekolah.
"Iyaa mah maaf, aku pergi sekolah dulu yaa,  doa'in biar nggak telat sampai sekolah nanti"
"Yaudah hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut naik sepedanya, nanti nabrak orang lagi"

Sebelumnya pernah nabrak orang juga gara-gara pas di belokan aku dan Fb (kakak kelas cowok) berebut meraih gerbang di detik terakhir jam masuk, hingga tanpa disengaja menabrak sepedanya dari belakang sampai sepeda Fb terbentur kuat dengan roda depan sepedaku, hingga keranjang sudah tidak berbentuk lagi, ketika meneliti satu persatu sepedanya memastikan tidak ada yang lecet, terdengar suara mengaduh,"Aduuuuh sakit...awww," ternyata tangannya berdarah di bagian siku Fb, lalu aku berkata "Alamak celakah aku, maaf ya ka aku bener-bener nggak sengaja," temannya Fb langsung datang lalu membawanya ke UKS, "Untung hanya luka ringan saja" lirik. Aku pun ikut pergi menyusul ke UKS untuk membantu Fb mengobati lukanya.

"Iyaa mah, minta doanya yaa, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Aku langsung memecut mengayuh sepeda supaya cepat sampai sekolah dengan tepat waktu. Sampainya di sekolah ternyata memang sudah takdirku untuk datang terlambat di hari itu, seperti biasa yang terlambat seusai upacara berlangsung guru BP menyuruh mengasingkan diri dan bersiap untuk di intograsi. Untung saja bukan hanya saya yang berada disini, lumayan lah ada lima orang juga kami ada dua prempuan tiga laki-laki, yang penting nggak sendirian hee dan ternyata kebanyakan dari temen satu kelas ku, bahkan teman satu bangku juga ikut terlambat.

"Kenapa kalian terlambat untuk mengikuti upacara pagi ini?, bapak akan menanyakan kalian satu persatu alasan apa yang membuat kaliat terlambat" (laki-laki separuh baya, yang katanya lulusan tentara sekarang menjabat jadi guru BP di sekolah)
"Untung aja aku berada di barisan paling ujung"
"Kamu kenapa terlambat hari ini?," ternyata guru BP itu berjalan ke arah ku.
"Alamak (jawabku perlahan), emmm saya bangun kesiangan pak"
"Kenapa bisa kesiangan? malamnya ngapain aja?
Saya terdiam, guru BP itu melanjutkan memberikan pertanyaan pada teman di sebelahku, sebelum dia melangkah ke sebelah, dia memberikan cubitan di perut yang lumayan membekas sakitnya, "Awww..." kataku
Setelah selesai kami diberikan pertanyaan, guru BP masih memberikan hukuman selanjutnya, yaitu berjemur di bawah terik matahari sampai jam ketiga habis.
                                                                           ***

Bel berbunyi menandakan waktunya untuk pulang,"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga hari ini" aku langsung mengambil sepedaku dan terus on the way balik rumah, di rumah mamah sendirian jadi aku harus cepat-cepat untuk pulang.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, udah pulang yu? gimana disekolah hari ini?
"Alhamdulillah mah, sama seperti biasanya"
"Telat lagi ya tadi, udahlah ayu pindah sekolah aja yang lebih dekat, dari awal mamah kan udah sering bilang, kamu itu susah ya kalau dikasih tau"
Bagiku untuk beradaptasi di lingkungan baru itu nggak semudah melihat kanan dan kiri, bisa cepat berlalu gitu aja, karena waktu semasa aku duduk di bangku SD pindah sekolah tiga kali, nggak gampang bisa pindah sekolah, lingkungan baru lagi, temen baru lagi, guru baru lagi, hingga yang terakhir aku pindah di kelas enam SD, susah untuk menerima pelajaran, karena beda guru beda cara menerangkan, ada yang terlalu singkat, ada yang terlalu gamblang, "ah aku nggak suka titik" lirihku
"Jalanin dulu aja mah disekolah yang sekarang ini, aku kan baru aja masuk sekolah itu satu bulan," mamah mengangguk walaupun kurang puas hati dengan jawabanku.
                                                                        ***

Di malam itu, tiba-tiba mamah merintih kesakitan,
"Ayuuuu, sakiiit"
"Mamah, kenapa?"
"Perut mamah sakit yu"
"Sabar yaa mah, ayu panggil bapak dulu"
Semenjak mamah sakit sejak dua tahun yang lalu karena struk sampai lumpuh sebelah badan, kalau berada dirumah aku lah yang selalu meminta untuk berada di samping nya, hingga tidur pun akulah yang menemaninya, sedangkan bapak tidur dengan adik ku di kamar sebelah.
"Pak, tolongin mamah sakit"
"Mamah kenapa yu?"
"Perut mamah sakit lagi, sedangkan obatnya abis"
"Hayu kita cari obat mamah, kali aja ada apotik yang masih buka" sedangkan jam telah menunjukkan jam dua belas malam.
"Mah, sabar ya mah kita mau keluar dulu cari obat mamah"
Lalu aku dan bapak keluar mencari obat mamah menggunakan motor yang biasa bapak pakai untuk pergi ketempat kerjanya. Kami sudah mengelilingi apotik yang kami tau, ternyata tidak mendapatkan hasil sedikitpun, hingga kami akhirnya menyerah untuk pulang ke rumah tanpa membawa apa-apa dari luar. Sampainya di rumah aku terus membuatkan teh hangat untuk meringankan sakit di perut nya.
"Mah, apotek di luar semua tutup, mamah minum ini dulu yaa" dengan nada pelan, rasanya pengen nangis kalau udah liat mamah seperti ini, tapi aku mencoba kuat di depan beliau. Akhirnya mamah bisa tidur lagi sampai pagi walaupun masih merintih sedikit karena sakit.

Pagi itu bapak langsung membawa mamah kerumah sakit, mungkin beliau pun takut hal yang tidak diinginkan terjadi, sampainya di rumah sakit ternyata sakit mamah sekarang agak bertambah, yang dulunya hanya darah tinggi, ternyata sakitnya sudah menyerang ke ginjal. Ternyata benar dengan apa yang aku sangka kan selama ini, karena akhir-akhir ini lebih kerap sakit di bagian pinggang dan perut. Semakin hari keadaan mamah semakin melemah tadinya mamah yang hanya infus air, hingga infus darah dan bernafas pun di bantu oleh oksigen. Saat itu aku sudah tidak memikirkan sekolah ku, bahkan sudah tidak datang sekolah selama setengah bulan, aku lebih memilih untuk menjaga mamah.
"Ayu, sakit yu..." keluhnya
"Mamah yang sabar ya, in syaa Allah sakit nya mamah jadi penggugur dosa"
"Mamah sekarang susah mau bernafas yu"
"Mamah sabar ya, mamah mau apa?"
"Mamah cuma mau liat keluarga mamah, seperti pasien yang lainnya pada di jenguk sama keluarganya"
Aku terdiam, saat itu pasien sebelah banyak rakan dan keluarganya datang menjenguknya, padahal sebelumnya beberapa adik mamah udah kesini, mungkin masih kangen sama mereka, tanpa basa basi lagi aku langsung menuju keluar kamar untuk memberi tahu ke paman, adik mamah yang saat itu beliau menjaga kami.
"Mang, mamah mau bibi-bibi datang jenguk kesini, mau ketemu abah dan adik-adik mamah" (mamah adalah anak pertama dari tujuh bersaudara)
"Nanti malam abah mau datang kesini yu kemarin abah udah bilang"
"Oh gitu, yaudah iya nanti ayu ngmong sama mamah"
Aku terus masuk kedalam untuk menjawab pertanyaan mamah, ketika aku melangkah kedalam aku mendengar paman menghubungi adik mamah yang lainnya menggunakan ponsel, aku tersenyum lega karena permintaan mamah bentar lagi akan tercapai.

Sore itu, akhirnya Allah menjawab doa mamah, yaitu mendatangkan keluarga mamah dan rakan-rakan yang lainnya. Aku bersyukur setelah saudara yang lain menjenguk mamah, keadaan mamah menjadi lebih baik lagi dari sebelum nya.
"Mah, cepet sembuh ya biar cepet pulang kita"
"Iya yu, mamah juga pengen nya gitu, tapi mamah capek"
Deg...berasa terkena petir yang sangat kuat ketika mendengar jawaban itu.
"Mamah kok ngomongnya gitu, kan ada Ayu, Jajang, Mas Amir, A'ulun, kami sayang mamah"
Saat itu kedua kakak saya tidak tau kalau mamah sakit, karena takut mengganggu konsentrasi mereka. Lalu mamah terdiam, sekarang jadi lebih melamun dari pada berbicara, aku hanya melihatnya dan tetap berada di samping nya.
"Mah, aku sayang mamah, mamah harus kuat dengan sakit ini, mamah kan selalu bilang ke ayu kalau nggak boleh cengeng, walaupun perempuan tapi harus kuat" kataku lagi hingga menetes air mata ini ke pipi.
"Ayu mamah mau sholat, sekarang udah masuk maghrib kan"
"Iya mah sekarang udah maghrib"
Mamah hanya bisa tayamumm, dan sholat sambil berbaring di atas tempat tidurnya. Lalu aku membantunya untuk menyegera kan sholat maghrib untuk nya.

Keesokkan harinya tepatnya ba'da ashar aku melihat mamah keadaannya semakin melemah, bapak menyuruh ku untuk menuntun lafadzkan witir ke telinga mamah, dengan perlahan, sehingga mamah bisa mengikuti apa yang aku lafadz kan. Tiba-tiba air mata ini tidak bisa menahan melihat dengan keadaan ini. 

Malam telah berlalu, pagi itu bapak menyuruh aku dan Jajang untuk pulang karena selama mamah berada di rumah sakit aku belum pernah kembali ke rumah, jam tujuh pagi kami pulang dari rumah sakit, jarak yang tidak terlalu jauh antara rumah sakit dengan tempat tinggalku, kami pulang mengendarai sepeda pink kesayangan berdua dengan Jajang. Ketika kami sampai rumah, kakek menyuruh kami untuk pergi kerumah nya karena kami sudah di suguh kan sarapan oleh bibi yang tinggal di rumah kakek. Rumah yang cukup besar yang memiliki tujuh kamar, disetiap kamar dimiliki oleh masing-masing penghuni yaitu adik mamah, walaupun  tidak semuanya berpenghuni karena sebagian anak kakek merantau ke luar jawa untuk mengadu nasib di sana, jadi kalau kami kerumah kakek sudah ada tempat untuk kami beristirahat.

Setelah membersihkan diri, ketika ingin masuk ke kamar aku mendengar suara dering telepon dari kamar paman, lalu aku mengecek dan masuk ke kamar paman yang terbuka, saat aku lihat handphone paman yang terletak di atas bupet ada panggilan dari bapak, tanpa berfikir panjang lagi aku langsung menjawab panggilan telepon itu.
"Halo, Assalamu'alaikum pak"
"Wa'alaikum salam, ayu mamang mana?"
"Ada pak, memangnya kenapa" jawab ku dengan penuh rasa penasaran
"Mamah meninggal yu, baru tadi nanti bilangin ke mamang suruh datang ke rumah sakit"
Aku terdiam, masih tidak percaya dengan apa yang bapak bilang kepadaku
"Yu..." bapak berkata lagi
"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, oke pak nanti aku bilang ke mamang" jawabku dengan nada yang mulai serak dan pelan di campur dengan tangisan yang tidak bisa di tahan lagi, aku langsung mencari paman untuk menyampaikan amanah dari bapak.
"Mang, mamah meninggal tadi bapak telepon ke handphone mamang, bapak menyuruh mamang ke rumah sakit"
"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, yaudah iya"
Paman yang saat itu sedang memegang rokok yang baru dinyalakannya langsung di buang dan terus beranjak mengambil sepeda motornya.
"Mang, aku ikut yaa" pintaku
"Nggak usah, kamu disini aja mamang pergi sama Jajang yang kesana"
"Pokoknya mau ikut" pintaku lagi sambil menangis, lalu bibi menarik ku untuk masuk ke dalam rumah. Aku yang saat itu masih tidak percaya dengan kenyataan kalau mamah udah meninggal, aku mondar mandir dari ruang tamu ke ruang tv,
"Aku nggak percaya...aku nggak percaya... nyesel...kenapa tadi pulang kalau tau kayak gini, aku yang selama ini menemaninya tapi pergi ketika aku nggak berada di sisinya, kenapa ya Allah, Sebelum mobil jenazah itu datang, aku merasa mamah masih hidup, yaps mamah masih hidup, pasti bapak bohong kalau mamah udah meninggal, mobil jenazah nya aja nggak ada" menerka-nerka dalam hati yang telah hancur dan masih tidak percaya, pasti ini cuma mimpi kan."

Orang dirumah semua keluar mulai sibuk untuk mempersiapkan menyambut jenazah mamah, sedangkan aku dan bibi (anak kakek yang paling bungsu) yang menunggu rumah, bibi pun mengurung diri dalam kamar setelah mendengar kabar itu, selama ini bibi Her lah yang selalu membantu mamah kalau kami tidak ada dirumah. Tiba-tiba terdengar mobil yang tidak asing di telinga, "mobil jenazah" kataku, "nggak mungkin, nggak mungkin." Hatiku berasa hancur berkeping-keping, aku menangis dan menjerit sekencang-kencang nya, sampai tetangga serta teman-teman sepermainan menenang kan ku, tangisan itu tidak bertahan lama karena aku ingat dengan kata-kata dari ustad yang mengajari ku sekolah di madrasah beberapa tahun yang lalu, kalau ada orang yang meninggal, kita nggak boleh menangis berlebihan, karena tangisan kita akan menyiksa si mayit, aku mencoba tegar disaat itu mengambil alqur'an lalu membacakan yasin di depan beliau.

Mah, walaupun mamah udah nggak ada di dunia, cinta aku nggak akan berkurang, aku akan terus kirimkan doa yang terbaik untuk mu, maaf kan ayu yang belum sempat untuk meminta maaf ke mamah, aku nggak akan lupa dan nggak akan ada pengganti seorang ibu di hati, hanya engkaulah ibuku, yang mendidik, membesarkan, dan bersabar dengan tingkah ku semakin semakin nakal.

                                THE END                  


#Tantangan ke dua
#ODOP

2 komentar:

  1. Saya 'mbrebes mili' baca tulisan ini. Sungguh idenya mampu mengaduk-aduk perasaan. Artinya, cerpen ini layak dikategorikan berhasil.

    Sedikit catatan:
    1.Perkaya lagi PUEBI. Masih ada beberapa kesalahan pada penempatan kata di, ku, dsb. Gak masalah, ini akan membaik dengan seiring waktu kita rajin menulis.
    2.Paragrap pertama kurang 'nampol'. Saya belum tersentak di sana. Padahal, paragrap pertama adalah kunci. Usahakan pada awal cerita langsung hajar "jegerr!" gitu. 😃

    Secara keseluruhan tetap josh. Saya belum tentu bisa menulis sebagus dan sepanjang ini.

    Tetap menulis yukk. Setiap hari!

    (Heru)
    Folback my blog:
    dloverheruwidayanto.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya yang menulisnya juga sempet meneteskan air mata pak, berasa throw back
      alhamdulillah maksih pak atas penilaiannya,
      In syaa Allah akan saya perbaiki lagi tulisan ini, saya membuat cerpen ini selama 3 hari 😁😊

      Hapus

6 Langkah Buat Kamu Yang Susah Tidur Di Malam Hari

Tidur malam adalah kebutuhan bagi badan untuk merehatkan seluruh organ tubuhnya setelah beraktivitas selama seharian penuh. Kebanyakan ...