Senin, 25 September 2017

Aku




 Aku dan Keluargaku 

Nama saya Ayu Khaeru Mayuha, bersal dari Indarmayu Jawa Barat. Saya berasal dari keluarga yang sederhana, orang tua saya merantau ke Tegal sejak saya kecil. Di era dua ribuan bapak saya bekerja di kantor koperasi, sedangkan ibu saya mengajar di salah satu Madrasah tempat saya sekolah di daerah Mejasem, yang pasti tempatnya nggak jauh dari rumah. Walaupun ibu saya hanya tamatan SMA tapi beliau juga mengajar les mengaji di beberapa rumah. Alhamdulillah rasanya bahagia sekali hidup bersama kedua orang tua saya semasa kecil dulu, kami di ajarkan kehidupan yang sederhana dan mandiri. 


Saya anak ketiga dari empat bersaudara memiliki dua abang yaitu Saiful Ulun dan Amir Sahidillah dan satu adik laki-laki yaitu Jajajng Nurzaman, yapsss saya perempuan sendiri daripada saudara saya yang lainnya, itulah alasannya kenapa saya diberi nama “ayu”. Kalian pasti taukan apa artinya “ayu” apalagi yang jawa nih pasti tau dong, yapsss AYU itu berasal dari bahasa jawa yang artinya cantik hee..., bukan lagi memuji diri sendiri yaa tapi, pada kenyataannya itu karena saya adalah anak prempuan satu-satunya dari empat bersaudara jadi itulah alasannya kenapa saya diberi nama “AYU” menurut saya sendiri. Padahal mah kata bapak “karena kamu prempuan, jadi bapak kasih kamu nama AYU” hee...


Walaupun saya prempuan sendiri, tapi kami berempat tetep kompak kok apalagi pas main bola, karena kita berempat jadi kami selalu buat dua kelompok, walaupun kalau ketauan sama ibu selalu kena marah dan beliau berkata “Ayu, kamu ngapain disitu? (kami bermain dilapangan kecil belakang rumah), kamu ini prempuan ayu, mainannya itu bukan sama kakak”dan adik kamu, hayu ikut ibu aja kerumah dek Sinta (sebut saja sinta, di adalah murid les ibu)” saya hanya mengangguk pelan lalu membersihkan diri dan ganti baju sebelum pergi ke tempat dek Sinta, walaupun tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya dengan mengayuh sepeda kurang lebih selama sepuluh menit langsung sampai.


Pada saat itu saya berumur delapan tahun, di umur yang masih dibilang bocah dan hanya mengerti bermain dan jajan. Ketika itu saya bermain bersama teman seumuran saya, sebut saja dia Mawar bersama adiknya Doni, kami bermain masak-masakan di depan rumah dengan team yang memiliki anggota empat orang saja yaitu saya bersama Jajang dan mawar bersama doni...hee. Kami bermain lama didepan rumah, dari pagi sampai siang menuju sore, ketika kita sedang asik bermain tiba-tiba suasana menjadi kacau, tiba-tiba jajang dan doni yang masih berumur enam tahun mereka berebut sebuah kayu unik yang mereka dapatkannya dengan tidak sengaja ketika mencari pisang mentah yang akan digunakan sebagai bahan untuk masak-masakan saya dengan mawar, salah satu dari jajang dan doni tidak ada yang mengalah hingga menagis keduanya dan mawar pun membawa adiknya pulang.


Hati doni masih menyimpan dendam saat perjalanan pulang melalui samping rumah kami, namanya juga anak kecil yaa, adiknya yang punya masalah kakaknya jadi ikut-ikutan sehingga kami mengejek satu sama lain walaupun sebelumnya saya tidak ada masalah dengan mawar, mawar dan doni mengejek kami ketika berjalan menuju kerumahnya, sedangkan kami mengejeknya hanya ditempat yaitu depan rumah. Tiba-tiba ada suara pecahan kaca, tenyata suara itu berasal dari samping rumah untung saja yang pecah hanya kaca neko, ketika saya dan adik saya mengetahui mawar dan doni lah yang melempar batu ke kaca tersebut, tiba-tiba jajang pun mengambil batu tersebut dan melemparkannya ke arah doni dengan penuh amarah, saya pun terkejut dengan tingkah jajang tadi, alhasil ternyata lemparan batu yang berukuran genggaman penuh anak kecil berumur enam tahun itu mengena kepala doni, Doni pun menangis lebih kuat dari sebelumnya dan mawar menarik adiknya untuk mempercepat langkanya sampai ke kediamannya.


Adzan mengumandang, seisi rumah pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat fardhu maghrib kecuali saya dan ibu kami sholat dirumah, kalau laki-laki wajib hukumnya untuk sholat di masjid dedangka untuk prempuan lebih baik sholat dirumah. Setelah pulang dari masjid saya, mas amir, aulun wajib menyetorkan hafalan juz ‘amma, kalau jajang masih mendapatkan dispensasi oleh ibu untuk wajib menghafal. Dimulai dari urutannya karena aulun abang nomer satu, jadi dia dulu yang menyetor dan seterusnya. Ibu orangnya tegas terhadap anak-anaknya, apalagi tentang hafalan ibu selalu mendorong kami untuk terus dan terus menghafal (walaupun sekarangnya nggak tau itu hafalan pada kemana, karena jarang di muroja’ah).


Ketika kami sedang muroja’ah tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang sangat keras dan anak kecil menagis kencang yang tidak asing di telinga saya, ketika saya membuka pintu ternyata yang mengetuk pintu tadi adalah ibunya Doni, tanpa di sangka dan di duga ternyata masalah tadi masih belum kelar lagi, saya dan jajang berdiri di deket pintu yang hanya bisa diam tanpa ada suara sedikitpun. Ibunya doni marah besar pada malam itu,ketika ibu saya mempersilahkannya masuk bahkan beliau tidak meresponnya sebelum dia berhenti bicara, dia berkata “bu, ibu ini bagaimana mendidik anak ibu sampe ngebuat anak saya benjol di kepalanya, untung aja nggak sampe bocor ini kepala,apa ibu mau tanggaung jawab kalau kepala doni bocor?, lain kali bilangin tuh bu dengan anak ibu jangan main kekerasan kayak gini, lempar-lemparan batu” dalam hati saya “kan doni duluan yang ngelempar batu ke kami, ishhh”, ibu saya menjawab dengan penuh ketegaran dan tidak lupa dengan senyumnya serta tata cara ibu bicara dengan suara sehalus mungkin “maafin anak saya yaa bu, namanya juga anak kecil” lalu ibu doni menjawab “lain kali jangan lakukan lagi yaa jang” dengan nada yang cukup keras, lalu ibu doni menerima permintaan maaf dari ibu saya lalu pulang. Dalam hati,” udah gitu doang nyah,hmmm”.


Saya salut dengan tingkah ibu saya ketika menghadapi berbagai masalah, beliau masih bisa tersenyum loh walaupun dalam keadaan di marahi oleh orang lain, itulah hal yang paling berkesan selama hidup saya,  beliau banyak mengajari saya segala hal walaupun di tahun 2005 saya dikirim ke pesantren sampai 2006, beliau sangat tegar ketika menghadapi penyakitnya dan harus jauh dengan anak-anaknya, karena di tahun yang sama saya dan 3 saudara lainnya dikirim ke pesantren yang sama di daerah Indramayu, saya teramat saaayang sangat dengan ibu saya sampai- sampai  Allah lebih sayang lagi dengan beliau daripada saya. Beliau tutup usia di tahun 2007 ketika saya duduk dibangku SMP. Ayah saya menduda dan melanjutkan S1 nya di Universitas Indramayu hingga wisuda di tahun 2008, dan mengajar di sekolah swasta Indramayu sampai sekarang.









6 komentar:

  1. Mantap kak Ayu, semoga ibu diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.

    Notes : masih banyak Tipo kak Ayu hehehe

    BalasHapus
  2. Aamiin, allahumma aamiin... Heee... Iyyaa mas, makasih udah mengoreksi tulisan saya, tambahin lagi dong kekurangan dari tulisan saya, spy bisa memperbaiki lagi tulisan saya selanjutnya😊

    BalasHapus
  3. tulisan yg inspiratif, memberi pesan positif kepada para pembacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyyaa mas, alhamdulillah 😊
      Terima kasih sudah mampir 😊

      Hapus

6 Langkah Buat Kamu Yang Susah Tidur Di Malam Hari

Tidur malam adalah kebutuhan bagi badan untuk merehatkan seluruh organ tubuhnya setelah beraktivitas selama seharian penuh. Kebanyakan ...